Blitar.beritaantara2.online Kondisi RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar yang kini kolaps dan menanggung utang hingga Rp12 miliar mendapat sorotan tajam dari mantan Wali Kota Blitar, Samanhudi Anwar. Ia menyebut, saat dirinya masih menjabat pada 2017, rumah sakit milik Pemkot Blitar itu sempat mencatat surplus keuangan hingga Rp60 miliar.
Sebagai tokoh yang pernah memimpin Kota Blitar dan ikut mengelola RSUD tersebut, Samanhudi merasa perlu angkat bicara.
“Menurut saya, ada tiga poin penting yang harus dibenahi jika ingin mengembalikan kondisi RSUD Mardi Waluyo menjadi sehat,” ujar Samanhudi, Selasa (27/5/2025).
Ia menjelaskan bahwa selama masa kepemimpinannya, RSUD yang berlokasi di Jalan Kalimantan itu mampu beroperasi dengan baik tanpa mengalami kerugian. Karenanya, ia menyayangkan kondisi saat ini yang justru memburuk.
“Apalagi kabarnya sekarang menanggung utang sampai Rp12 miliar, padahal pada 2017 rumah sakit ini justru sehat secara keuangan dan surplus sekitar Rp60 miliar,” tambahnya.
Samanhudi menilai, masalah utama yang harus dibenahi adalah kedisiplinan seluruh jajaran rumah sakit, mulai dari manajemen, dokter, hingga perawat. Tanpa kedisiplinan dalam waktu kerja, pelayanan, dan pertanggungjawaban, menurutnya akan sulit meningkatkan kinerja RSUD.
Poin kedua yang disorot adalah lemahnya pengawasan dari Pemkot dan DPRD Kota Blitar. Menurutnya, jika RSUD saat ini kolaps dan merugi, hal itu mencerminkan bahwa fungsi pengawasan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
“Harus ada evaluasi kinerja RSUD secara berkala dua kali setahun, baik dari sisi pelayanan maupun keuangan,” tegas Samanhudi.
Ia mempertanyakan sikap Pemkot dan DPRD Kota Blitar yang kini mempermasalahkan kondisi RSUD, padahal sebelumnya tidak menunjukkan langkah pengawasan yang konkret.
“Pada 2017 sudah ada surplus Rp60 miliar yang bisa menjadi modal. Tapi sekarang justru menanggung utang besar, ini harus dievaluasi serius,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, dr. Muhammad Muchlis, membenarkan bahwa rumah sakit yang dipimpinnya tengah mengalami krisis keuangan. Hutang rumah sakit yang mencapai Rp12 miliar di antaranya berasal dari tunggakan hak-hak pegawai hingga tahun 2025.
“Sejak dua tahun terakhir, rumah sakit mulai defisit. Pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran, artinya secara bisnis kami kalah,” kata Muchlis, Minggu (25/5/2025).
“Ia menjelaskan, rata-rata pendapatan RSUD berada di angka Rp90–98 miliar per tahun, sementara target yang ditetapkan Pemkot mencapai Rp110 miliar. Penurunan pendapatan ini disebabkan menurunnya jumlah pasien yang berobat ke RSUD Mardi Waluyo.
Banyak pasien yang kini memilih berobat ke rumah sakit lain, baik karena alasan kenyamanan, fasilitas, maupun pelayanan yang dianggap lebih cepat,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal ini, pihak RSUD tengah melakukan berbagai upaya perbaikan, mulai dari peningkatan kualitas layanan, pembaruan fasilitas medis, hingga memperluas kerja sama dengan BPJS Kesehatan.”Ungkap Direktur RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar, dr. Muhammad Muchlis (marlin)